Sabtu, 28 Desember 2013

Sebuah Kisah Nyata Tragedi Karimata Akibat Kekerasan Paduka Jember (Bagian 2)

Urusan perpajakan yang berbelit akhirnya selesai juga, dan saya segera keluar gedung menuju mobil yang saya parkir di tepi jalan. 

Sesampainya di pintu pagar gedung pajak terdengar teriakan anak saya....teriakan ketakutan..dari seorang anak berusia 4 tahun yang tidak tahu menahu urusan ini....demi mendengar teriakan itu...segera saya mempercepat langkah menuju mobil...tanpa di duga sekelebat bayangan seseorang menghampiri dari arah samping kiri, kemudian secara agresif dan dengan kata-kata kasar mulai mendekati saya. Dengan cekatan (seperti seorang yang terlatih)orang tsb mengunci badan saya dan menempelkan badan saya ke pintu mobil sehingga badan saya tidak dapat bergerak...seketika itu juga bapak satpam yang berjaga- di gedung pajak hendak memberi pertolongan, namun orang tersebut yang ternyata adalah Pak Abu yang sedari tadi menyanggong saya, meneriaki pak satpam ini sehingga pak satpan menjadi keder, mundur kebelakang, dan sembunyi di pos penjagaan.... Takut juga rupanya pak satpamnya.

Beberapa detik kemudian dari mulut seorang yang seharusnya sholih ini, keluarlah pesan-pesan sponsor ..."Orang-orang pondok sudah tdk ada yg suka sama ente!"....dan meluncurlah sebuah pukulan telak yang mengenai pipi kiri saya. istri saya yang sedari tadi gelisah dan hanya bisa menyaksikan kejadian itu...beranjak mulai panik dan berteriak-teriak minta tolong, sampai-sampai bayi saya yang berumur 3 bulan terjatuh dan mengalami luka-luka.. 

Dalam keadaan yang kalut, mencekam dan serba darurat itulah Alloh memberikan pertolonganNya, dengan cepat istri saya menyodorkan spray pelumas mesin yang tergelatak di dek mobil, dan alhamdulillah dengan berbekal sedikit ilmu bela diri yang saya pelajari dulu, saya berhasil lepas dari kuncian Pak Abu dan berhasil meraih spray dari tangan istri saya, dengan secepat kilat kemudian spray itu saya semprotkan ke mata pak abu, rupanya semprotan itu mengejutkannya sampai dia terlonjak mundur dengan tangan ditutupkan ke wajah untuk melindungi matanya, dan seperti melihat hantu di siang hari pak abupun lari terbirit-birit, itulah pertolongan Alloh...dan Alloh berkendak atas segala sesuatu. 

Dan keadaanpun berbalik, situasi yang menguntungkan itu tak sedikitpun saya sia-siakan, Karena saya khawatir tdk akan lama lagi mantan-mantan mujahidin teman-teman pak abu akan berdatangan, dan membantu pak abu. Maka dengan cepat saya meraih gagang pintu mobil dan mencoba untuk menstarternya. Namun sayang,.... rupanya pak abu sudah gelap mata, bagaikan singa yang takut kehilangan mangsanya,....pak abu mulai melancarkan serangannya kembali.

Jeritan anak-anak bercampur dengan tangis bayi dan teriakan perempuan mencabik-cabik keheningan sore itu, tapi itu semua tidak sedikitpun membuat reda serangan pak abu., wallohu a'lam apa yang menyebabkan seorang berpeci, berjenggot dan bergamis bisa melakukan tindakan yang sangat tidak berderajat itu.

Gerakan saya masih kalah cepat dengan jurus2 dari pak abu, dengan gaya layaknya seorang preman pasar yang kurang jatah setoran, pak abu menendang pintu mobil bagian sopir hingga jebol. dan Alhamdulillah mobil berhasil di starter dan saya langsung tancap gas melarikan mobil saya ke arah luar kota. Dalam keadaan pintu mobil yang jebol hampir tidak mungkin kami bisa melanjutkan perjalanan saya.

Rintik gerimis menambah sejuknya hawa kota jember di senja itu,....senja yang kelam...sekelam hati kami...Indah dan sejuknya kota Jember tak mampu memadamkan bara api permusuhan orang-orang pondok kepada kami.. Kami berlima tidak lebih dari sebuah keluarga urban yang berharap mendapatkan tempat dan teman yang lebih baik dari sisi agama. Kami hijroh berharap taqwa.dan JannahNya.. Tidak pernah terlintas sedikitpun pada benak kami akan terjadi.peristiwa2 yang mencekam ini....Sungguh dampak yang sangat buruk dari TAHDZIR USTADZ KIBAR YANG SALAH SASARAN Allohul musta'an....hanya kepada Alloh sajalah kami mengadu.

Mobilpun melaju dengan lesu, saya mengendarainya dengan satu tangan dan tangan yang lain memegangi daun pintu mobil yang jebol akibat tendangan maut pak abu...

Kami menyusuri jalan-jalan kota Jember nan rindang oleh pohon sono di tepi-tepi jalan, dan tanpa terasa kami tengah meluncur di jalan jawa yang penuh nostalgia, Pandangan kami serentak tertuju pada suatu rumah. 

Rumah itu sekarang kosong...sepi...terlihat lebih bersih seperti baru direnovasi....ah...sudahlah itu masa lalu...kurang lebih begitulah yang sedang kami pikirkan. Kenangan demi kenangan seakan berhamburan memenuhi benak kami, Jawa 44, Marlina, Korupsi, Ishlah, tahdzir dan apa lagi...ah..sudahlah cukup, itu masa lalu.... sekali lagi saya mencoba menepis kenangan-kenangan buruk yang sedang berkutat di alam pikiran saya sendiri.

1 komentar: