Sabtu, 28 Desember 2013

Sebuah Kisah Nyata Tragedi Karimata Akibat Kekerasan Paduka Jember (Bagian 2)

Urusan perpajakan yang berbelit akhirnya selesai juga, dan saya segera keluar gedung menuju mobil yang saya parkir di tepi jalan. 

Sesampainya di pintu pagar gedung pajak terdengar teriakan anak saya....teriakan ketakutan..dari seorang anak berusia 4 tahun yang tidak tahu menahu urusan ini....demi mendengar teriakan itu...segera saya mempercepat langkah menuju mobil...tanpa di duga sekelebat bayangan seseorang menghampiri dari arah samping kiri, kemudian secara agresif dan dengan kata-kata kasar mulai mendekati saya. Dengan cekatan (seperti seorang yang terlatih)orang tsb mengunci badan saya dan menempelkan badan saya ke pintu mobil sehingga badan saya tidak dapat bergerak...seketika itu juga bapak satpam yang berjaga- di gedung pajak hendak memberi pertolongan, namun orang tersebut yang ternyata adalah Pak Abu yang sedari tadi menyanggong saya, meneriaki pak satpam ini sehingga pak satpan menjadi keder, mundur kebelakang, dan sembunyi di pos penjagaan.... Takut juga rupanya pak satpamnya.

Beberapa detik kemudian dari mulut seorang yang seharusnya sholih ini, keluarlah pesan-pesan sponsor ..."Orang-orang pondok sudah tdk ada yg suka sama ente!"....dan meluncurlah sebuah pukulan telak yang mengenai pipi kiri saya. istri saya yang sedari tadi gelisah dan hanya bisa menyaksikan kejadian itu...beranjak mulai panik dan berteriak-teriak minta tolong, sampai-sampai bayi saya yang berumur 3 bulan terjatuh dan mengalami luka-luka.. 

Dalam keadaan yang kalut, mencekam dan serba darurat itulah Alloh memberikan pertolonganNya, dengan cepat istri saya menyodorkan spray pelumas mesin yang tergelatak di dek mobil, dan alhamdulillah dengan berbekal sedikit ilmu bela diri yang saya pelajari dulu, saya berhasil lepas dari kuncian Pak Abu dan berhasil meraih spray dari tangan istri saya, dengan secepat kilat kemudian spray itu saya semprotkan ke mata pak abu, rupanya semprotan itu mengejutkannya sampai dia terlonjak mundur dengan tangan ditutupkan ke wajah untuk melindungi matanya, dan seperti melihat hantu di siang hari pak abupun lari terbirit-birit, itulah pertolongan Alloh...dan Alloh berkendak atas segala sesuatu. 

Dan keadaanpun berbalik, situasi yang menguntungkan itu tak sedikitpun saya sia-siakan, Karena saya khawatir tdk akan lama lagi mantan-mantan mujahidin teman-teman pak abu akan berdatangan, dan membantu pak abu. Maka dengan cepat saya meraih gagang pintu mobil dan mencoba untuk menstarternya. Namun sayang,.... rupanya pak abu sudah gelap mata, bagaikan singa yang takut kehilangan mangsanya,....pak abu mulai melancarkan serangannya kembali.

Jeritan anak-anak bercampur dengan tangis bayi dan teriakan perempuan mencabik-cabik keheningan sore itu, tapi itu semua tidak sedikitpun membuat reda serangan pak abu., wallohu a'lam apa yang menyebabkan seorang berpeci, berjenggot dan bergamis bisa melakukan tindakan yang sangat tidak berderajat itu.

Gerakan saya masih kalah cepat dengan jurus2 dari pak abu, dengan gaya layaknya seorang preman pasar yang kurang jatah setoran, pak abu menendang pintu mobil bagian sopir hingga jebol. dan Alhamdulillah mobil berhasil di starter dan saya langsung tancap gas melarikan mobil saya ke arah luar kota. Dalam keadaan pintu mobil yang jebol hampir tidak mungkin kami bisa melanjutkan perjalanan saya.

Rintik gerimis menambah sejuknya hawa kota jember di senja itu,....senja yang kelam...sekelam hati kami...Indah dan sejuknya kota Jember tak mampu memadamkan bara api permusuhan orang-orang pondok kepada kami.. Kami berlima tidak lebih dari sebuah keluarga urban yang berharap mendapatkan tempat dan teman yang lebih baik dari sisi agama. Kami hijroh berharap taqwa.dan JannahNya.. Tidak pernah terlintas sedikitpun pada benak kami akan terjadi.peristiwa2 yang mencekam ini....Sungguh dampak yang sangat buruk dari TAHDZIR USTADZ KIBAR YANG SALAH SASARAN Allohul musta'an....hanya kepada Alloh sajalah kami mengadu.

Mobilpun melaju dengan lesu, saya mengendarainya dengan satu tangan dan tangan yang lain memegangi daun pintu mobil yang jebol akibat tendangan maut pak abu...

Kami menyusuri jalan-jalan kota Jember nan rindang oleh pohon sono di tepi-tepi jalan, dan tanpa terasa kami tengah meluncur di jalan jawa yang penuh nostalgia, Pandangan kami serentak tertuju pada suatu rumah. 

Rumah itu sekarang kosong...sepi...terlihat lebih bersih seperti baru direnovasi....ah...sudahlah itu masa lalu...kurang lebih begitulah yang sedang kami pikirkan. Kenangan demi kenangan seakan berhamburan memenuhi benak kami, Jawa 44, Marlina, Korupsi, Ishlah, tahdzir dan apa lagi...ah..sudahlah cukup, itu masa lalu.... sekali lagi saya mencoba menepis kenangan-kenangan buruk yang sedang berkutat di alam pikiran saya sendiri.

Luqman Baabduh Penghancur Al-Haq

Pertanyaan:
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
Luqman Ba’abduh mengadakan dauroh di beberapa tempat di Tanah Air dengan tujuan untuk membongkar tuntas tentang Ahlissunnah yang di Dammaj dan sekitarnya, apa tanggapanmu!.

Jawaban:
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Alloh (تعالى) berkata:
{الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا} [الكهف: 104]
“Orang-orang yang telah sesat amalan mereka di kehidupan dunia dan mereka menyangka dalam keadaan melakukan perbaikan”. (Al-Kahfi: 104).
Demikianlah keadaannya Luqman bin Muhammad Ba’abduh berserta jaringannya, tidak pernah mereka itu merasa salah bahkan mereka selalu merasa di atas jihad dan sedang beramal kebaikan.
Dosa dan kejahatan mereka masih segar bau busuknya tercium oleh manusia ditambah lagi dengan berbuat dosa-dosa baru, ingin mencari-cari dan menghitung-hitung kesalahan orang dengan berbagai macam cara, padahal mereka sendiri memiliki segudang dosa dan kejahatan, sungguh bagus perkataan Abdulloh bin Mas’ud untuk dipukulkan kepada Luqman Ba’abduh dan orang-orang yang semisalnya:
“فَعُدُّوا سَيِّئَاتِكُمْ، فَأَنَا ضَامِنٌ أَنْ لَا يَضِيعَ مِنْ حَسَنَاتِكُمْ شَيْءٌ”.
“Maka hitunglah kejelekan-kelejekan kalian, aku adalah yang memberi jaminan bahwa tidak akan tersia-siakan dari kebaikan-kebakan kalian sedikit pun”.Diriwayatkan oleh Ad-Darimiy dengan sanad hasan, dari hadits Al-Hakam Ibnul Mubarok, dari ‘Amr, dari Yahya dari Bapaknya.
Kasihan sekali mereka itu, lantaran membela pembuat kerusakan dan membela si penuduh mereka pun berbondong-bondong membuat kerusakan di muka bumi dengan anggapan sedang mengadakan perbaikan:
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ (12)} [البقرة: 11، 12]
“Dan jika dikatakan kepada mereka: “Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan. Ketahuilah sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari”. (Al-Baqoroh: 11-12).
Kali ini mereka riang gembira karena mendapatkan respon dari Asy-Syaikh Robi’, mereka bergembira karena mereka bisa menyatukan kalimat di hadapan manusia, bukan main orang-orang yang berloyalitas dengan Syi’ah-Rofidhoh, orang-orang yang berloyalitas dengan hizbiyyin, orang-orang yang berloyalitas dengan para penjahat bisa bersatu untuk menyerang Ahlissunnah yang berada di Dammaj, kasihan persatuan mereka hanya di depan mata namun hakekatnya mereka berpecah:
{بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ} [الحشر: 14]
“Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat dahsyat. kamu mengira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah, yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti”. (Al-Hasyr: 14).
Kasihan mereka berani membela Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy yang ghuluwdan senang menggelari dirinya dengan al-imam, tanpa malu menuliskan di belakang namanya dengan gelar itu, kasihan kali ini Muhammad Ar-Rimiy sedang kebingungan, dengan terang-terangan dia mengkafirkan orang-orang yang meninggalkan sholat namun Rofidhoh dia tidak berani kafirkan, padahal berbagai kejelekan dan kekafiran dilakukan oleh Rofidhoh; meninggalkan sholat, berbuat syirik dan ghuluw kepada ahlil bait, keluar dari jama’ah kaum muslimin, mengkafirkan sebagian shohabat, menuduh Aisyah berbuat keji, menghalalkan zina dan memerangi kaum muslimin dengan persenjataan.
Kasihan kekafiran seperti itu jelasnya mereka masih berloyalitas dan menganggapnya sebagai saudara mereka dan tidak menggugatnya, namun ketika ada dari kaum muslimin yang mereka anggap (sesuai sangkaan mereka) terjatuh ke dalam dosa besar mereka beramai-ramai untuk mengusirnya, bahkan menculiknya, memukulnya, bahkan menyembelihnya serta merajamnya, padahal mereka sendiri para pelaku dosa besar yang mereka tidak menyadari.
Kami katakan: Wahai Luqman, tidaklah ada yang masih bisa tertipu dengan penampilan dan lagakmu melainkan hanya orang-orang yang masih tertanam watak dan bid’ahnya LJ (laskar jihad). Adapun orang-orang yang sudah benar-benar bertaubat dari LJ dan yang mengetahui kelicikan dan kebengisanmu maka mereka melihatmu merasa jijik karena kamu itu tidak ada bedanya dengan seekor anjing:
{فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ} [الأعراف: 176]
“Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya maka dia mengulurkan lidahnya (juga)”.(Al-A’rof: 176).
Mungkin kata-kata ini sangat kasar, tapi bagaimana lagi karena Luqman itu perlu dipukulkan kata-kata seperti ini, supaya dia lebih mengerti tentang dirinya dan supaya sadar atau kalau dia masih tetap tidak mengerti dan tidak mau sadar maka tidak ada ucapan untuknya melainkan perkataan:
{إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ}
Kasihan karena deritanya mereka bertambah parah, mereka semakin tuli, buta dan bisu dari al-haq:
{مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ (17) صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ (18)} [البقرة: 17، 18]
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Alloh hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)”. (Al-Baqoroh: 17-18).
Sungguh kasihan dia begitu pula jaringannya mulai lagi angkat bicara karena mendapat semprotan dari Asy-Syaikh Robi’, kasihan mereka ingin membela Asy-Syaikh Robi’ atau ulama mereka dengan memulai menyalakan api lagi!.
Mereka ghuluw sampai menjadikan Asy-Syaikh Robi’ seakan-akan Robb alam semesta, mereka tidak peduli apa yang keluar dari lisan Asy-Syaikh Robi’ baik benar atau salah “yang penting Robi’ berkata”, mereka langsung menelannya mentah-mentah, kasihan mereka dalam beragama persis seperti orang-orang shufi.
Perkataan ulama, mereka lebih unggulkan dari pada perkataan Alloh dan Rosul-Nya, kasihan prilaku dan ucapan serta dorongan mereka kepada para jaringan mereka persis dengan ucapan kaum Nabi Ibrohim:
{حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ} [الأنبياء: 68]
“Bakarlah dia dan tolonglah sesembahan-sesembahan kalian, jika kalian benar-benar hendak bertindak”. (Al-Anbiya’: 68).
Ini persis dengan ucapan Luqman Ba’abduh ketika dimintai fatwa oleh Saifulloh Ambon dia pun berkata “tolonglah ulama kita…”. Sungguh kasihan mereka, sekarang Luqman Ba’abduh mencoba tampil lagi.
Luqman, Luqman, Luqman! Kasihan dirimu! Walau pun kamu dan orang-orang yang sejaringan dengamu mencoba dengan berbagai macam cara untuk bertingkah seperti itu, namun dengan izin Alloh kalian tidak akan berhasil, bahkan kalian akan semakin terpuruk dan binasa:
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ} [فاطر: 10]
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Alloh-lah kemuliaan itu semuanya, kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang sholih dinaikkan-Nya. dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur”. (Fathir: 10).
Kasihan dirimu wahai Luqman!, bukankah dulu kamu dan orang-orang yang sejaringan denganmu merekomendasikan orang-orang kalian ke Dammaj, dan mereka kemudian melakukan makar di Dammaj, menjalankan misi seperti yang pernah kamu lakukan baik berupa kejahatan, pemukulan, pencelaan, penghinaan, penghalalan kehormatan orang dan yang semisal itu, namun dimana mereka semua?.
Karena tidak berhasil kemudian kamu (wahai Luqman) dengan penguat dari fatwa Ubaid Al-Jabiriy memerintahkan untuk keluar dari Dammaj, orang dilarang masuk ke Dammaj, yang di Dammaj disuruh keluar, kasihan!.
Walaupun faham kalian seperti itu masih ada pada orang-orang yang pernah terpengaruh dengan kalian yang mereka mencoba menerapkannya kembali faham busuk kalian itu di Dammaj dengan berusaha mengeluarkan Ahlissunnah Al-Indonesiyyin dari Dammaj dengan tuduhan dan alasan karena ahlul ma’ashi (pelaku ma’siat), luthi, jatuh cinta dengan anak-anak atau  melihat gambar porno dan yang semisalnya namun:
{وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ} [فاطر: 10]
“Dan rencana jahat mereka itu akan hancur”. (Fathir: 10).
Kasihan mereka semua berusaha untuk mengeluarkan Ahlissunnah dari Dammaj, mereka kali ini semisi dengan Rofidhoh, kaum Rofidhoh berupaya mengeluarkan Ahlissunnah dari Dammaj dengan berbagai macam cara, perang fisik dan mental mereka lakukan.
Dan ternyata para hizbiyyun yang dipelopori oleh Ubaid Al-Jabiriy ikut andil dengan mengeluarkan fatwa ngawur “orang-orang yang di Dammaj keluar, yang diluar jangan ke Dammaj”.
Mereka yang di Ma’bar tidak ada tamayyuz (pembeda) antara Ahlissunnah dan para hizbiyyin, bahkan sebagian orang-orang yang beramai-ramai duduk di sisi Asy-Syaikh Robi’ adalah mereka para hizbiyyin dan nampak Asy-Syaikh Robi’ berloyalitas dengan mereka karena mungkin ditipu, Asy-Syaikh Robi’ sungguh telah terhujati dengan perkataannya yang dahulu, dia berkata di dalam “Syarhu Ushulis Sunnah Lil Imam Ahmad“:
“كثير من السياسيين عندهم نفاق عملي في الأحزاب السياسية، ومن علامات هذا النفاق تولي أهل البدع”.
 ”Kebanyakan dari para politikus mereka ada “nifaq ‘amaliy” (amalan kemunafiqkan) pada kelompok-kelompok siasat (mereka), dan diantara tanda kemunafiqkan ini adalah berloyalitas dengan ahlul bida’“.
Maka sangat pas perkataan Asy-Syaikh Robi’ pada salah satu tulisannya untuk dipukulkan kepada Asy-Syaikh Robi’ sendiri dan orang-orang yang taqlid kepadanya, dia berkata:
“قد يتحالفون مع بعض الأحزاب الملحدة من شيوعيين وغيرهم فإذا أنكر عليهم هذا التحالف الأثيم قالوا: إنهم أسلموا”، فإذا نشب بينهم وبين حلفائهم قالوا: إنهم كفار شيوعيين”. 
“Terkadang mereka bersatu dengan kelompok-kelompok yang kafir dari para syi’ah dan yang selain mereka, jika diingkari atas mereka terhadap persatuan yang berdosa ini maka mereka mengatakan: “Mereka telah berislam”, jika tidak beterkaitan antara mereka dan antara persatuan mereka (ya’ni berpecah) maka mereka mengatakan: “Sesunguhnya mereka adalah orang-orang kafir lagi orang-orang syi’ah”.
Perkataannya ini telah terhunuskan ke leher Asy-Syaikh Robi dan menjadi bumerang atas dirinya sendiri, ketika dia bermajelis dengan murid-muridnya atau kawan-kawannya yang membenci Syaikhuna, dia menuduhkan kepada Syaikhuna dengan berbagai tuduhan yang tidak bisa dia pertanggung jawabkan, ketika ada dari murid-muridnya atau kawan-kawannya menyebarkan ucapannya dan perkataannya maka dia pun ingkari bahwa dia tidak mengatakannya atau dia tidak menuduhkannya itu kepada Syaikhuna, kasihan muridnya pun jadi kambing hitam, dicap sebagai pendusta namun sekarang perkataan itu dia benarkan dan nampakkan.
Dan perkataanya ini pula telah terhunuskan ke leher Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy dan Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Washobiy dan jaringan mereka, karena mereka membela-bela Rofidhoh dan tidak mengkafirkannya, ketika diingkari dengan lisan ringan mereka berkata: “Sesungguhnya mereka adalah muslimun (orang-orang yang beragama Islam)”.
Memang kamu (wahai Luqman) begitu pula jaringan-jaringanmu hebat dan berani menantang serta masih berani juga merasa aman dari makarnya Alloh:
{أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ} [الأعراف: 99]
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Alloh (yang tidak terduga-duga)? Tidaklah yang merasa aman dan azab Alloh kecuali orang-orang yang merugi”. (Al-A’rof: 99).
Kasihan dirimu wahai Luqman! Betapa banyak sunnah sayyiah (metode yang jelek) yang kamu lakukan dan yang kamu da’wahkan kini banyak yang mengikutinya:
«وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ».
“Barang siapa yang membuat sunnah-sunnah (metode-metode) di dalam Islam dengan sunnah yang jelek lalu diamalkan (oleh orang-orang) setelahnya maka ditulis atasnya semisal dosa orang yang mengamalkannya, dan tidak terkurangi dari dosa-dosa mereka sedikit pun”. Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Jarir bin Abdillah dari Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).
Dahulu Luqman Ba’abduh dan jaringannya mengingkari kemungkaran namun kali ini mereka mendiamkannya bahkan melakukannya, dahulu mereka mengingkari seorang majhul (penulis gelap) semisal Abdurrohman Ath-Tholibiy namun ternyata ketika mereka menjalankan makar atas Ahlissunnah di Dammaj mereka pun meniru dan menerapkan prilaku Abdurrohman Ath-Tholibiy, mereka menulis celaan dan penghinaan terhadap Syaikhuna, muncul diantara mereka dengan menamakan diri Abu Umar bin Abdul Hamid tulisannya dicetak oleh makatabah Al-Ghuroba’ Solo dan tidak ada seorang pun yang terang-terangan dari mereka mengingkari itu, muncul pula Abu Mahfudz bin Ali, muncul pula Abdulloh bin Abdirrohman, semuanya mengikuti prilaku Abdurrohman Ath-Tholibiy:
«يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ، فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى، فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: يَا فُلَانُ مَا لَكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ، وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ: بَلَى، قَدْ كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ، وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ»
“Didatangkan seorang lelaki pada hari kiamat, lalu dilemparkan ke dalam neraka, maka keluarlah usus (atau sesuatu dari isi) perutnya, dia berputar padanya sebagaimana berputarnya keledai pada tali pengikatnya, maka penduduk neraka berkumpul kepadanya, mereka berkata: Wahai Fulan ada apa denganmu? Bukankah dahulu kamu memerintahkan kepada kebaikan, dan melarang dari kemungkaran? Dia pun berkata: “Tentu, dahulu aku memerintahkan kepada kebaikan namun aku tidak melakukan (kebaikan itu), dan aku melarang dari kemungkaran namun aku melakukannya”. Diriwayatkan oleh Muslim dari Usamah bin Zaid dari Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) .
Sungguh memalukan dan menghinakan, mereka beramai-ramai mengajak manusia kepada kebaikan namun mereka selalu menyelisihi ajakan mereka sendiri, sekarang mereka mulai lagi berorasi, berbicara dan berpidato di hadapan manusia, sungguh sangat mengena perkataan Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) untuk dijadikan hujat atas mereka:
«ليلة أسري بي رأيت قوما تقرض ألسنتهم بمقاريض من نار – أو قال: من حديد – قلت: من هؤلاء يا جبريل؟ قال: خطباء من أمتك». 
“Ketika aku di-isra (dinaikan ke langit) aku melihat suatu kaum di parut lidah-lidah mereka dengan parutan dari api –atau dia berkata-: “Parutan dari besi” Maka aku bertanya: “Siapa mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab: Para khotib dari umatmu”.Diriwayatkan oleh Ahmad dari Anas bin Malik.  
Dahulu mereka mentahdzir dari prinsip Hasan Al-Banna: “Tolong menolong kepada perkara yang kita sepakati dan saling memberi udzur dalam perkara yang kita perselisihkan”, ternyata sekarang mereka terapkan prinsip itu, ketika dahulu ada yang konsultasi kepada mereka untuk kuliah di Universitas Islam Madinah maka mereka melarang karena kata mereka para pengajarnya banyak hizbiyyun namun sekarang mereka merubah ucapan itu.
Mereka dahulu dengan terang-terangan mengkafirkan Rofidhoh bahkan ada dari mereka mengkafirkan Syi’ah secara umum namun karena sebab menerapkan prinsip Hasan Al-Banna itu mereka pun memberi toleransi terhadap fatwa Muhammad Ar-Rimiy dan fatwa ulama mereka dengan berbagai macam alasan:
{قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ} [التوبة: 30]
“Semoga Alloh binasakan mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?”. (At-Taubah: 30).
Demikian jawaban singkat ini semoga bermanfaat untuk siapa saja yang menginginkan kebenaran.
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم.

Sebuah Kisah Nyata Tragedi Karimata Akibat Kekerasan Paduka Jember

Sore itu kami sekeluarga ada di kota Jember dalam rangka bersih-bersih rumah di perum muktisari. Rumah itu hampir 4 bulan tidak kami huni, tepatnya sejak kami dipaksa untuk meninggalkan kota jember oleh orang-orang yang tidak beradab dan jauh dari sifat manusiawi itu.
Ya…tragedi demi tragedi telah kami lalui. dan salah satu yang bisa kami ceritakan dalam kesempatan kali ini adalah tragedi yang terjadi di Jalan Karimata Jember.
Sore itu…seusai agenda bersih-bersih rumah, kami berencana untuk mengurus SPT perusahaan, dan perjalananpun kami lanjutkan menuju kantor pajak di jalan karimata JEMBER. Sejuknya hawa kota Jember mampu membuat kami untuk sejenak melupakan kenangan buruk di kota itu, dan kami tidak memilki firasat apapun ketika berita kedatangan kami di kota itu telah menjadi bahan pergunjingan diantara orang-orang pondok. Sehingga kami tidak merasa perlu untuk berprasangka apapun terhadap mereka.. Kami merasa juga tidak perlu terlalu berhati-hati, biasa-biasa saja lah, toh masalahnya sudah lama berlalu…itulah pikiran yang ada di benak kami waktu itu..
Mobil saya parkir di tepi jalan depan gedung kantor pajak dan didalam mobil tersebut masih tertinggal anak dan istri saya, sengaja memang tidak di parkir di dalam, karena rencananya tidak akan lama kami singgah di tempat itu. Sampai suatu saat mobil tersebut terlihat oleh salah satu orang pondok yang telah mencium kedatangan kami sekeluarga, dan orang ini telah hafal betul dengan ciri-ciri mobil yang kami kendarai.
Orang-orang pondok dengan penampilan muslim taat lengkap dengan aksesoris jenggot, peci, dan gamis, dalam pandangan kami yang baru belajar mengenal sunnah ini adalah orang-orang yang suci dengan tingkatan ma’rifat yang tinggi kepada Alloh, yang bersungguh-sungguh dalam keimanan dan ketaqwaan mereka. Apalagi label jihad ambon dan poso telah menempel di pundak-pundak mereka sehingga mereka (menurut kami saat itu) sangat layak untuk disebut sebagai mujahidin, dan sungguh kami merasa sangat mulia untuk hanya sekedar hidup berdampingan dengan mereka, menjadi teman-teman mereka adalah suatu yang sangat bernilai besar bagi kami. Karena motivasi tulah kami sekeluarga hijroh dari tanah kelahiran saya kota Surabaya menuju kota Jember. Dan sungguh tidak terbesit sedikitpun harapan dalam diri-diri kami kecuali harapan untuk mendapat JannahNya..
Salah satu orang pondok itu…sebut saja Pak Abu….sangat dikenal oleh anak saya….sebelum ini Pak Abu adalah sosok pria yang sangat dekat dengan keluarga kami, tidak jarang beliau menyempatkan waktu untuk makan siang dan atau makan malam di rumah kami.
Ya begitulah kedekatan dan persahabatan tidak ada artinya bila dibanding dengan loyalitas /wala wal baro’ kepada manhaj dan agama ini, itulah sebagian ilmu yang kami dapatkan dari para ustadz-ustadz kami. sehingga ketika tahdzir (peringatan bahaya) itu mengenai salah seorang diantara manusia maka secara sontak sikap dan muamalah kami akan berubah 180 derajat. Yang awalnya berteman akhirnya bermusuhan…ya begitulah kurang lebih konsekuensi dari manhaj yang kami yakini.. Dan tahdzir itu adalah hak prerogatif /ijtihad Ustadz kibar setelah meneliti dan menimbang. Dan sangat buruk akibatnya apabila tahdzir tersebut salah sasaran (DAN INI TIDAK JARANG TERJADI), dan apabila ini terjadi maka orang yang tidak bersalahpun akan terkena dampak tahdzir ini…dimusuhi, didzolimi, dan diusir. Dan musibah inilah yang menimpa keluarga kami.
Pak Abu cukup lama menyanggong kedatangan saya di dekat mobil kami. yang didalamnya masih berisi anak dan istri saya. ….
Urusan perpajakan yang berbelit akhirnya selesai juga, dan saya segera keluar gedung menuju mobil yang saya parkir di tepi jalan.
Sesampainya di pintu pagar gedung pajak terdengar teriakan anak saya….teriakan ketakutan..dari seorang anak berusia 4 tahun yang tidak tahu menahu urusan ini….demi mendengar teriakan itu…segera saya mempercepat langkah menuju mobil…tanpa di duga sekelebat bayangan seseorang menghampiri dari arah samping kiri, kemudian secara agresif dan dengan kata-kata kasar mulai mendekati saya. Dengan cekatan (seperti seorang yang terlatih)orang tsb mengunci badan saya dan menempelkan badan saya ke pintu mobil sehingga badan saya tidak dapat bergerak…seketika itu juga bapak satpam yang berjaga- di gedung pajak hendak memberi pertolongan, namun orang tersebut yang ternyata adalah Pak Abu yang sedari tadi menyanggong saya, meneriaki pak satpam ini sehingga pak satpan menjadi keder, mundur kebelakang, dan sembunyi di pos penjagaan…. Takut juga rupanya pak satpamnya.
Beberapa detik kemudian dari mulut seorang yang seharusnya sholih ini, keluarlah pesan-pesan sponsor …”Orang-orang pondok sudah tdk ada yg suka sama ente!”….dan meluncurlah sebuah pukulan telak yang mengenai pipi kiri saya. istri saya yang sedari tadi gelisah dan hanya bisa menyaksikan kejadian itu…beranjak mulai panik dan berteriak-teriak minta tolong, sampai-sampai bayi saya yang berumur 3 bulan terjatuh dan mengalami luka-luka..
Dalam keadaan yang kalut, mencekam dan serba darurat itulah Alloh memberikan pertolonganNya, dengan cepat istri saya menyodorkan spray pelumas mesin yang tergelatak di dek mobil, dan alhamdulillah dengan berbekal sedikit ilmu bela diri yang saya pelajari dulu, saya berhasil lepas dari kuncian Pak Abu dan berhasil meraih spray dari tangan istri saya, dengan secepat kilat kemudian spray itu saya semprotkan ke mata pak abu, rupanya semprotan itu mengejutkannya sampai dia terlonjak mundur dengan tangan ditutupkan ke wajah untuk melindungi matanya, dan seperti melihat hantu di siang hari pak abupun lari terbirit-birit, itulah pertolongan Alloh…dan Alloh berkendak atas segala sesuatu.
Dan keadaanpun berbalik, situasi yang menguntungkan itu tak sedikitpun saya sia-siakan, Karena saya khawatir tdk akan lama lagi mantan-mantan mujahidin teman-teman pak abu akan berdatangan, dan membantu pak abu. Maka dengan cepat saya meraih gagang pintu mobil dan mencoba untuk menstarternya. Namun sayang,…. rupanya pak abu sudah gelap mata, bagaikan singa yang takut kehilangan mangsanya,….pak abu mulai melancarkan serangannya kembali.
Jeritan anak-anak bercampur dengan tangis bayi dan teriakan perempuan mencabik-cabik keheningan sore itu, tapi itu semua tidak sedikitpun membuat reda serangan pak abu., wallohu a’lam apa yang menyebabkan seorang berpeci, berjenggot dan bergamis bisa melakukan tindakan yang sangat tidak berderajat itu.
Gerakan saya masih kalah cepat dengan jurus2 dari pak abu, dengan gaya layaknya seorang preman pasar yang kurang jatah setoran, pak abu menendang pintu mobil bagian sopir hingga jebol. dan Alhamdulillah mobil berhasil di starter dan saya langsung tancap gas melarikan mobil saya ke arah luar kota. Dalam keadaan pintu mobil yang jebol hampir tidak mungkin kami bisa melanjutkan perjalanan saya.
Rintik gerimis menambah sejuknya hawa kota jember di senja itu,….senja yang kelam…sekelam hati kami…Indah dan sejuknya kota Jember tak mampu memadamkan bara api permusuhan orang-orang pondok kepada kami.. Kami berlima tidak lebih dari sebuah keluarga urban yang berharap mendapatkan tempat dan teman yang lebih baik dari sisi agama. Kami hijroh berharap taqwa.dan JannahNya.. Tidak pernah terlintas sedikitpun pada benak kami akan terjadi.peristiwa2 yang mencekam ini….Sungguh dampak yang sangat buruk dari TAHDZIR USTADZ KIBAR YANG SALAH SASARAN Allohul musta’an….hanya kepada Alloh sajalah kami mengadu.
Mobilpun melaju dengan lesu, saya mengendarainya dengan satu tangan dan tangan yang lain memegangi daun pintu mobil yang jebol akibat tendangan maut pak abu…
Kami menyusuri jalan-jalan kota Jember nan rindang oleh pohon sono di tepi-tepi jalan, dan tanpa terasa kami tengah meluncur di jalan jawa yang penuh nostalgia, Pandangan kami serentak tertuju pada suatu rumah.
Rumah itu sekarang kosong…sepi…terlihat lebih bersih seperti baru direnovasi….ah…sudahlah itu masa lalu…kurang lebih begitulah yang sedang kami pikirkan. Kenangan demi kenangan seakan berhamburan memenuhi benak kami, Jawa 44, Marlina, Korupsi, Ishlah, tahdzir dan apa lagi…ah..sudahlah cukup, itu masa lalu…. sekali lagi saya mencoba menepis kenangan-kenangan buruk yang sedang berkutat di alam pikiran saya sendiri.
Senja itu….dzikir mengiringi perjalanan kami, tidak banyak percakapan yang kami lakukan, hanya istighfar dan ta’awudz yang samar-samar terdengar dari lisan-lisan kami. dan tetap dalam keadaan waspada yang diselimuti kekhawatiran kalau-kalau Pak Abu bersama orang-orang pondok melakukan pengejaran. Jangan sampai mereka dapat menangkap kami…itulah pikiran kekhawatiran yang menggelayut di benak kami.
Sepi…ya…kota Jember sepi sekali hari itu, atau mungkin hati kami saja yang sedang galau…sehingga membuat kota itu terasa sepi. Mobil melaju dengan lesu menyusuri jalan jawa,.. hingga sampailah kami di perempatan gedung DPRD, dari perempatan tersebut saya membelokkan mobil ke arah kiri, tepatnya menuju ke arah jalan sumatera, bukan tanpa alasan saya menuju jalan sumatera, bukan juga sekedar nostalgia, tapi saat itu kami sedang mencari-cari bengkel yang masih buka untuk memperbaiki mobil kami.
Setelah beberapa saat kami mencari, dengan tetap dalam keadaan yang kacau, mencekam dan waspada tibalah kami pada sebuah bengkel mobil yang sudah akan tutup, beberapa orang karyawan bengkel masih terlihat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing sehingga kehadiran kami tidak seberapa mendapat perhatian mereka.
Mobil kami rusak parah…3 orang karyawan bengkel bersusah payah menempelkan pintu itu kembali ke tempatnya. Dan ketika kami berempat (saya dan 3 orang karyawan bengkel) sedang sibuk memperbaiki mobil…tiba-tiba melintaslah seseorang dengan sepeda pancal yang sepertinya saya kenal….ya dia hasan jalan sumatera…teman saya….dia orang pondok…kami(kami sekeluarga)tidak pernah punya masalah….hubungan kami selama ini baik-baik saja.
Dengan bergegas Hasan memacu sepedanya,… ketika melewati kami sepertinya dia melihat kami…namun heran tidak ada sapaan ataupun salam yang terdengar…
Tapi tiba-tiba terdengar sebuah suara yang melengking”…HAI PENJAHAT..!” Teriakan itu keras…sungguh keras sekali….terikan itu menggema memecah keheningan senja. Membuat kami terhenyak sesaat, dan kemudian terdiam, pandangan kami tertuju pada satu obyek yang sama,…pandangan kami tertuju pada hasan dan sepeda pancalnya yang semakin lama semakin menjauh, Hasan Jalan Sumatera itu…dia…dia yang melontarkan ucapan hina itu kepada kami …Subhanalloh….Sungguh Demi Alloh kami hanyalah sebuah keluarga yang mencoba bertaqwa kepadaNya dan terus berusaha bertaqwa agar bisa memasuki jannahNya. DEMI ALLOH KAMI BUKAN PENJAHAT …SUNGGUH DEMI ALLOH KAMI BUKAN PENJAHAT….Allohul musta’an….Allohul musta’an…..hanya kepada Alloh sajalah kami mengadu.
Saya teringat dengan kejadian tadi pagi, ketika kami baru saja menginjakkan kaki-kaki kami di bumi jember lagi. Pagi itu saya mengantar istri ke Puskesmas di Muktisari, Sambil duduk menunggu tiba-tiba datanglah salah satu ustadz pondok yang juga sdg mengantarkan keluarganya ke puskesamas. Saya berusaha untuk beramah tamah dan mencoba untuk memulai pembicaraan. Tapi aneh…sepertinya ustadz ini tidak mengenal saya, dalam raut wajah yang sangat menampakkan sikap permusuhan, sang ustadz hampir2 tidak mengacuhkan kehadiran saya.
Ternyata tahdzir itu telah meluas, berita bohong tentang kami yang disebarkan oleh orang-orang jahat itu menyebar dengan cepat, dan sampai berhasil mempengaruhi USTADZ KIBAR sehingga keluarlah RESOLUSI TAHDZIR yang berisi MAKLUMAT YANG MEMATIKAN..Resolusi tahdzir yang mematikan…ya…resolusi tahdzir yang mematikan agama kami….wal iyyadzubillah
Bersambung dalam judul lain InsyaAlloh…”RESOLUSI TAHDZIR YANG MUBADZIR”
bersambung
=====================================================

TERIMA KASIH KEPADA BAPAK-BAPAK DI POLRES JEMBER

Ucapan Terima Kasih untuk bapak-bapak di Kepolisian Resor Jember / POLRES JEMBER
Jazakumullohu khoiron, Semoga Allohu Subhanahu wa Ta’ala membalas kebaikan bapak-bapak polisi di Kepolisian Resor Jember dengan sebaik-baiknya balasan dan semoga dilipat gandakan pahala atas amal sholeh beliau-beliau karena telah melaksanakan tugas sebagai Pengayom Masyarakat dengan baik.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak KAPOLRES JEMBER beserta jajarannya, terkhusus Unit Reserse dan Samapta, yang telah dengan sigap, cepat dan tepat menanggapi laporan yang kami berikan. Sehingga musibah yang dialami oleh keluarga kami tidak sampai berlarut-larut dan dengan tuntas dapat tertolong. Dan alhamdulillah saat ini trauma yang mengendap di benak kami, dan secara khusus membuat saya mengalami gangguan psikis tersebut telah sedikit demi sedikit terkikis. Sehingga saya sudah mulai bisa untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Dan semoga bapak-bapak polisi di tempat yang lain bisa menjadikan POLRES JEMBER sebagai contoh teladan dalam mengayomi masyarakat terkhusus dalam menanggapi laporan masyarakat.
Musibah itu…
Terasa berat jari-jemari ini untuk menuliskannya…
Perih di hati ini seakan tersayat belati
Menggelayut samar-samar rasa takut
dan segumpal gelisah yang menyesakkan dada
Saudaraku sungguh berat rasanya bagiku untuk mengenang kembali kisah itu, kadangkala ingin rasanya kukubur saja kenangan buruk ini bersama rasa sakit itu.

Bait-bait pilu si Luqman Baabduh

(Upaya menjawab pertanyaan “Atas sebab apa Ustadz Luqman dikeluarkan dari ahlussunnah)
Ketika lembayung senja merona ….Menghias kalbu merenda rindu…Merajut kisah demi kisah….Memantik sendu dalam seribu bisu…

Ku pandang kau rembulan…yang tetap sabar walau malam ini beringsut pelan…menghanyutkan semua cahaya ketenangan….meluruhkan indah yang sejatinya hanyalah temaram…

“Malam belum lagi beranjak tua, ketika penulis menapakkan kaki di teras masjid pondok Assalafy sumbersalak Jember, semarak suasana masjid memberi kontribusi bagi hangatnya suasana malam itu, terlihat anak-anak santri yg usianya berkisaran antara 10 - 12 tahun berlari2…kemudian mereka bergerumbul membentuk kelompok2 kecil..

Dan pada arah pandang yang lain yaitu di tepi-tepi teras dan di sudut-sudut masjid terlihat beberapa gerombol orang dewasa....

Tampak dari bahasa tubuh dan raut-raut muka mereka, ada sebuah topik pembicaraan yg begitu memukau, hingga iqomat tanda sholat isya tertunda dikarenakan topik tersebut...

Sesaat kemudian melintaslah seorang anak santri dihadapn penulis, dengan bersuara pelan agak tertahan...si anak kecil itu menyampaikan berita dengan mimik yg serius dan sungguh nampak dari intonasi dan gaya dia berbicara, si anak ingin menyampaikan pesan yg sangat penting...

"ami fulan..mukul" ujar si anak tadi sambil memeragakan gaya seseorg yg sedang memukul... 

Dan yang lain menyahut "iya…dan sudah diikat sama tali" 

-------

Demikian petikan prolog dari sebuah tulisan kami yang tak kunjung usai…Tulisan yang berjudul “Noda merah pada baju itu ternyata darah..!” adalah suatu kisah yang membeberkan kronologi kejadian berdarah yang terjadi pada sebuah jum’at malam, yang mana kisah tersebut mendeskripsikan sebuah potongan mozaik dari hiruk pikuknya pergerakan sang ustadz luqman baabduh di markaz induknya.


Sebuah pergerakan yang selalu mengundang perhatian, sorotan, bhkan sebagiannya bernuansa merahnya darah dan tangis kesedihan para korbannya…

Bahkan dalam sebuah hadist yang shohih Rosululloh sholallohu ‘alaihi wassalam telah mlarang yang demikian..

“Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian adalah haram bagi kalian (untuk ditumpahkan, dirampas, dan dilanggar), sebagaimana keharaman hari kalian ini, pada bulan kalian ini dan di negeri kalian ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Kedzaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

“Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya Aku mengharamkan kedzaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian maka janganlah kalian saling mendzalimi…” (HR. Muslim)

Kejadian demi kejadian berlalu tertelan waktu… meninggalkan rekam jejak nan menghitam…tragedi demi tragedi berulang tanpa ada yang sempat tuk mengambil pelajaran…

-----

Menantinya aku gelisah..Menghadangnya, sungguh diri tak kuasa…Mengais dari tepi2 kenang dan kisah…Meratap…terkapar diri dalam sebuah tanya…

Akankah Sejarah kelam kan terulang?
Menelantarkan sesengguk tangis dalam ancam nan mengekang?

¬¬¬-------

Tidak para pembaca yang budiman…

Iya, cukup …cukup penulis dan beberapa orang yg telah berlalu kisahnya yg merasakan getir dan remuk redamnya penderitaan dibawah hegemoni tirani yang mengekang itu…

Dan kini saatnya harus ada seseorg yg bangkit tuk menyeru…menghadirkan kebenaran tuk menjadi sebuah pilihan hidup…


Na’am…

Terlepas dari permasalahan kedzaliman Luqman Baabduh kepada saudara saudaranya kaum muslimin, ternyata pada sisi lain kita dapatkan sejumlah fakta, bahwa para ulama ahlussunnah pun telah memberikan peringatan kepada kaum muslimin tentang bahaya Luqman Baabduh…

“Berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi kaum mukminin.” (Adz-Dzariyat: 55)