Pages

Jumat, 04 Juli 2014

Kritikan Syaikh Abdul Hadi Al Umairy untuk Ustadz Luqman Ba’abduh (bagian 5)

Berikutnya..
Sudah habis?
Kalian sudah mendengar perkataan ini, apakah ini perkataan seorang penuntut ilmu? Masuk akalkah hal-hal seperti ini muncul dari seorang penuntut ilmu?!  Akhy, koreksi diri anda!  Mintalah keikhlashan dari saudara-saudaramu yang telah engkau zhalimi!
Demi Allah, saya peruntukkan sebuah nasehat padanya, berhati-hatilah, jangan tergesa-gesa, takutlah pada Allah, dan ketahuilah bahwa segala yang anda ucapkan, akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah. “Sungguh akan dicatat persaksian mereka, dan mereka akan ditanyai –tentangnya-“
Takutlah kepada Allah dalam perihal kehormatan saudara-saudaramu!
Adapun saya -demi Allah-, si Luqman ini mengenalku, atau dia tidak mengenalku, sungguh tidak akan memiliki nilai tambah bagiku, atau mengurangi apapun dariku. Benar, saya katakan fakta pada kalian.
Akan tetapi saya hanya katakan, takutlah pada Allah perihal kehormatan saudaramu yang lain. Perhatikanlah, semua yang ia ucapkan terbantahkan dengan ucapan dia sendiri.
seseorang bersama kami di mobil”, ternyata seseorang Tadi dia mengatakan “Ada itu juga majhul. Kemudian di kali yang lain dia mengatakan, “Kami mencium darinya aroma hizbiyyah.” Lihat, “kami mencium”, subhaanallah!! Hizbiyyah menjadi sesuatu yang beraroma, dan dia seakan memiliki indera penciuman yang kuat yang tidak dimiliki para masyayikh.
Ikhwaany, kita harus senantiasa bertaqwa kepada Allah.
Syaikh Muhammad Al Imam tidak memiliki manhajiyyah di Daarul Hadits Ma`bar. Mereka sudah katakan ini atau belum? Sudah!  Mereka katakan ini di masa kehidupan Syaikh Muqbil. Mereka berkumpul di maktabah, membuka kitab-kitab tentang manhaj, dan membicarakan hal tersebut diantara mereka.
Datanglah Syaikh Muqbil, lalu menindak mereka dengan sangat keras, mengkritik mereka dengan keras, karena perkataan tersebut tidaklah benar. Bagaimana mungkin benar? Sedangkan beliau selalu mengajar, letih mengajar, mendidik. Dan kami sudah melihat ribuan pelajar yang ada di sisi beliau. Engkau akan dapati beliau sibuk siang dan malam, berdakwah kepada Allah, mengatur pelajaran-pelajaran masyayikh di masjidnya, demikian pula pelajaran-pelajarannya sendiri, lalu anda katakan beliau tidak memilikimanhajiyyah? Baik, beritahu kami manhajiyyah seperti apa yang anda inginkan? Adapun engkau langsung memvonis orang lain begini, -sangatlah tidak pantas-, apa itu manhajiyyah?
Syaikh Muhammad Al-Imam, semenjak kehidupan Syaikh Muqbil, itulah markiz beliau, benar atau tidak?! Apakah Syaikh Muqbil pernah mengatakan bahwa Syaikh Muhammad Al Imam tidak memilikimanhajiyyah? Atau menurut anda beliau berubah sepeninggal Syaikh Muqbil? Disinilah letak permasalahannya.Ia akan mengatakan kepadamu bahwa beliau sudah berubah manhajnya. Syaikh Muhammad Al Imam, markiz beliau semenjak kehidupan Syaikh Muqbil, sampai kapan pun sama seperti itu, tidak ada yang berubah (Insya Allah).
Bagaimana manhaj Syaikh Al Imam dalam pandangan Syaikh Muqbil? Kalian pun pasti mengetahuinya.
Ikhwan, setiap manusia haruslah bertaqwa kepada Allah. Takutlah kepada Allah! Lepaskan diri anda dari tanggung jawab berat yang akan hadapi kelak! Kehormatan manusia bukanlah perkara sepele!
Bukan perkara sepele!
Saya telah menulis sebuah kitab, “Irsyaadul Khaliil fi Aadaabi man Yatakallamu fil jarhi wat ta`dil.”
Syaikh Washiyyullah Abbas yang memberi kata sambutannya, dan kitab itu ada sekarang.
Jika orang semisal saudara (Luqman, pen) ini membacanya dengan segala nash-nash fiqh yang ada padanya, bisa jadi kitab tersebut bisa ia terima, jika ia bisa menerima perkataan para salaf. Agar kita dapat berhati-hati dan tidak tergesa-gesa.
Dewasa ini, kita sangat membutuhkan persatuan dan saling dukung diantara kita.
Saya nasehatkan saudara (Luqman, pen) ini untuk kembali bersama saudara-saudaranya, mengadakan dialog bersama mereka. Tidak ada manusia yang terbebas dari kesalahan. Setiap kita memiliki kesalahan. Yang seharusnya adalah saling menasehati diantara kita. Jangan sampai kita membuka peluang untuk masuknya musuh kedalam persatuan kita. Sikapilah hal-hal seperti ini dengan kebijaksanaan dan saling menasehati dengan kebaikan.
Demi Allah para `ulama tidaklah melakukan hal seperti ini. Mereka tidak akan bersikap tergesa-gesa seperti yang kita dengar sekarang ini. Bahkan sebagian mereka menghargai kedudukan sebagian yang lain. Saya akan memberi sebuah contoh pada kalian sebagai penutup.
Asy Syaikh Muqbil, tidak ada seorang pun yang mengenal beliau, benarkah? Orang ini, telah berjuang dengan keras di jalan Allah, tidak mempengaruhinya celaan dan gangguan apapun selama membela agama Allah.
Kemudian Asy Syaikh Jamilur Rahman, kalian mengenalnya atau tidak?
Asy Syaikh Muqbil memiliki risalah tentang wafatnya Asy Syaikh Jamiilur Rahman.
Lalu apa pandangan Asy Syaikh Muqbil tentang Asy Syaikh Jamiilur Rahman? Apakah beliau memvonisnya sebagai ahli bid`ah?
Sebagai hizby?
Tidak!
Bahkan beliau mengakui kehormatan dan kedudukan Asy Syaikh Jamiil.  Bacalah risalah beliau!
Asy Syaikh Jamiilur Rahman semasa hidupnya, pernah mengikuti apa? Beliau pernah mengikuti pemilu.Kalian tahu hal ini atau tidak? Ya, beliau ikut pemilu. Dan ini terang-terangan disebut oleh Syaikh Muqbil dalam risalahnya. Akan tetapi bagaimana sikap Asy Syaikh Muqbil? Beliau mengatakan, “Saudara kami terjatuh dalam kesalahan..” Apakah beliau serta merta mengangkat pedang, menjatuhkan beliau, lalu memvonis beliau sebagai Hizby dan ahli bid`ah? Namun apa yang beliau katakan? Tertulis –demi Allah- wahai ikhwah dalam risalah Asy-Syaikh Muqbil. Bahwa beliau telah melakukan kesalahan berkaitan dengan tindakan beliau ini (mengikuti pemilu, pen), bersama dengan (itu saya tetap mengakui, pen) tingginya kedudukan beliau di sisiku (Asy-Syaikh Muqbil, pen).
Kalian lihat?!
Bagaimana cara para `ulama sunnah bermu`amalah sesama mereka? Mereka tidak saling memburu kesalahan diantara mereka.
Beliau menambahkan, “Walau kami tidak sependapat dengannya (masalah pemilu, pen), bahkan kami sangat anti terhadapnya.”
Lihatlah!, bersama dengan itu, beliau hanya mengatakan, “Beliau terjatuh dalam kesalahan.” Andai orang seperti dia (Luqman, pen) menyikapi hal ini, apa yang akan ia lakukan? Dia akan menimpakan bumi dan seisinya pada saudaranya yang bersalah.
Demikianlah para `ulama, mereka saling menghormati. Jika ada yang salah, cukup dinyatakan bersalah. Bukan berarti langsung dikeluarkan dari manhaj salaf secara total. Lihatlah kebijaksanaan Asy-Syaikh (Muqbil, pen), bagaimana beliau bersikap dalam situasi seperti ini.
Ikhwan, mereka lah `ulama kita, mereka gariskan untuk kita sebuah metode, yang  juga ditempuh oleh para pendahulu mereka yang baik. Mereka saling mewarisi metode ini.
Adapun seseorang yang tiba-tiba mendatangi kita dengan kaedah dan pernyataan yang baru, inilah yang tidak bisa kita terima. Dengan seluruh rasa hormat saya pada kalian semua, saya katakan, pernyataan anda tertolak, sama sekali kami tidak akan menerimanya, dan tidak ada penghargaan sedikit pun bagi anda.
Darimana engkau nukil perkataan ini?
Darimana engkau dapatkan kaedah ini?
Kita selalu mengkritik mereka yang mengada-adakan sebuah kaedah, lalu anda sendiri yang mendatangi kami dengan sebuah kaedah yang dibuat-buat?!
Kami meminta kepada Allah agar menunjukkan kita ke jalan-Nya dengan baik, mengokohkan kita diatas kebenaran. Memperlihatkan kepada kita kebenaran sebagai kebenaran serta menganugerahi kita kemampuan untuk mengikutinya, serta memperlihatkan kebathilan sebagai kebathilan, lalu menganugerahi kita kemampuan untuk menjauhinya. Mengokohkan kita diatas agama-Nya hingga kita menemui-Nya. Memberi faedah kepada kita dari ilmu yang Ia ajarkan pada kita, menjadikannya sebagai hujjah yang mendukung kita bukan menjatuhkan kita.
Demi Allah saya mencintai sebagian ikhwah, namun saya mendapati dari mereka semangat dan antusiasme yang tidak terkendali, serta kelancangan yang luar biasa.
Lancang, sungguh lancang mereka!
Demi Allah para ulama’ tidak lancang seperti mereka! Demi Allah para ulama’ tidak lancang seperti mereka! Akan tetapi sebagian mereka ini sangat lancang!
Maka kita memohon kepada Allah agar membantu kita untuk mengingat, mensyukuri, dan beribadah kepada-Nya dengan baik.
Wallaahu a`lam.

Bersambung Insya Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar